Minggu, 27 Desember 2015

FREE TRADE ZONE : Kenyataan Yang Terjadi




“Roq, liburan besok pulang gak? Nitip ini dong! Kan di sana murah, surganya elektronik,......”

 










“murah? Enggak ah, sama aja, beda dikit paling.”

“gue liat di fb Cuma 1 juta udah sama ongkir.”

“lokasi tepatnya dimana?”

“katanya sih, l*cky plaza”

“hm... sudah kuduga”


***


Kali ini gue mau bahas tentang Free Trade Zone(FTZ), tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman gue tinggal di Batam 3 tahun ++.

“A free trade zone (FTZ) is a specific class of special economic zone. They are a geographic area where goods may be landed, handled, manufactured or reconfigured, and reexported without the intervention of the customs authorities. Only when the goods are moved to consumers within the country in which the zone is located do they become subject to the prevailing customs duties. Free-trade zones are organized around major seaports, international airports, and national frontiers—areas with many geographic advantages for trade.[1] It is a region where a group of countries has agreed to reduce or eliminate trade barriers.[2] Free trade zones can also be defined as labor-intensive manufacturing centers that involve the import of raw materials or components and the export of factory products.”(Wikipedia)

Intinya, FTZ itu kawasan khusus dimana masyarakat dalam daerah tersebut diberi kemudahan atas barang yang masuk ke daerah tersebut, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu daerah hitz yang nerapin FTZ ini adalah Dubai. Di Indonesia sendiri baru ada 3 daerah yang ditetapkan sebagai FTZ selain Batam, ada Bintan, Karimun dan Sabang. Dipilihnya 4 kota tadi, gak asal tunjuk aja bor.. salah satu faktor yang paling penting adalah masalah letak wilayahnya. Gue ambil contoh Batam aja ye, Batam – Singapore itu masih lebih deket ketimbang Solo – Yogyakarta, dan letak Batam juga gak begitu jauh sama Johor. Selain itu, kapal – kapal kargo gede banyak banget sliweran di laut Batam. Jadi intinya, wilayah itu harus strategis gampang dijangkau.

FTZ ini juga udah diatur sama Pasal 11 ayat (4) Undang­Undang Nomor 36 Tahun 2000 yang berbunyi:

“Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas melalui pelabuhan dan bandar udara yang ditunjuk dan berada di bawah pengawasan pabean diberikan pembebasan bea masuk, pembebasan pajak pertambahan nilai, pembebasan pajak penjualan atas barang mewah, dan pembebasan cukai.”

Awalnya, gue Cuma mikir kalo FTZ itu Cuma tentang gadget canggih murah, mobil mewah impor mewah murah pokoknya yang keren-keren gak ada pajaknya itulah.., tapi ternyata FTZ itu juga berperan penting buat kemajuan Industri di Batam dalam beberapa tahun terakhir. Kenapa bisa coba?
Oke, dengan diberlakuinya FTZ ini otomatis harga-harga barang-barang apapun bakal gak dikenain pajak. Otomatis para pengusaha bakal pengen buka pabrik produksinya di Batam, karena harga-harga barang baku yang nantinya datang ke Batam akan lebih murah. Dengan harga bahan baku yang lebih murah nantinya bisa menekan biaya produksi. Nah, dengan didirikanya perusahan-perusahaan industri di Batam, nantinya para investor baik dari dalam dan luar negeri banyak datang dan para pengangguran yang akan berkurang karena dapat bekerja di perusahaan-perusahaan tersebut. Kalo denger kata orang dan dari bokap, dulu pas FTZ masih baru-barunya dan perusahaan-perusahaan baru pada buka kerja di Batam itu gampang banget, modal ijazah SMA aja udah dapet kerjaan dengan gaji UMK atau bisa juga diatas.  Tapi, 2015, sekarang pendatang dari seluruh penjuru Indonesia udah ada di sini semua, jadi udah gak gampang.





industri galangan kapal (google image)






Jadi intinya FTZ itu gak melulu soal barang elektronik, mobil murah, dll ok?

                                                                                *****

Dengan adanya perkembangan itu, Batam tumbuh menjadi daerah yang glamour(eh bener gak tulisanya:P). Pusat perbelanjaan modern, tempat hiburan, dan pelabuhan berstandar internasional. Hal inilah membuat sebagian besar masyarakat sana cenderung “konsumtif”. Dengan UMK mendekati 3 juta. Maka, gak heran buruh di sini peganganya smart phone canggih. Sebenernya sih gak apa-apa, kan gaya hidup orang beda-beda, kalo misalnya diimbangi sama keproduktifanya sih oke-oke aja.
pasific place(btw itu bangunan, bukan kapal beneran)

Sebenernya untuk harga hp hp di Batam itu cuma dikurangi PPn sama bea masuk aja. Jadi diskonya sekitaran + 10 % nan lah.

Misal : gue dulu beli BB Z3, cek di lazada masih 2,8 JT. Beli di sana dapet 2,5 JT. Ada perbedaan 300 ribu, sekitar + 12% dari harga umum. Jadi intinya jangan gampang kepincut kalo liat seller-seller FJB jual harga paling mentok 20 % dibawah harga pasaran, itu pasti penipu bos.

Sekarang ngirim barang keluar dari Batam gak gampang bor.. orang-orang bea cukai jauh lebih pinter sekarang, dikasihnya pajak buat setiap barang elektronik yang keluar Batam. Nih gue kasih itung-itunganya (thx to fjb kaskus regional Batam):

GEMINI 2,3 juta (2012)
pajak pengiriman keluar alias pajak FTZ (free trade zone) 17,5%
WPTKP (wajib pajak tidak kena pajak or whatever intinya diskon) US$50
Pajak pengiriman = 2.300.000 - 450.000 (asumsikan USD 1 = 9.000) x 17,5%
1.850.000 x 17,5% = Rp. 323.750
itu masih pajak doank. nah tambahan ongkir per kilo ke jakarta adalah 14.500 (elektronik hitung 2 kilo)
jadi
= 323.750 + 29.000 + 30.000 (ongkos packing kayu)
=382.750!!!

oke?? tambahkan ke harga hape
= Rp. 2.300.000 + 382.750
= Rp. 2.682.750

WTF!!! harga BB gemini di jakarta cuma 2,5 juta denga perhitungan pengiriman via kantor pos lagi!! klo di Jne gak mau tau langsung aja 2,3 jtua x 17,5% tanpa pengurangan..untuk apa bayaar lebih mahal dengan resiko tinggi???!!!


 Itu kalo itung-itungan harga HP dan elektronik. Kalo untuk kendaraan-kendaraan mewah beda lagi bor.., kalo mobil-mobil disini khususnya mobil mewah bisa setengah harga kalo dibandingin sama harga mobil mewah di pulau Jawa. Selain tanpa PPn dan bea masuk harga mobil mewah disini juga gak kena pajak barang mewah! Selain itu mobil-mobil mewah disini itu  Completly Build Up (CBU), pembuatan & perakitanya di pusatnya langsung. Contoh nyatanya, mobil Harrier 2.0 (2014), mobil yang paling sering gue liat pas main ke sana. Harga di Pulau Jawa bisa 775 jt-800an jt, dan disini kenyataanya orang-orang beli Cuma 400-500 jt. Tapi dengan syarat, mobil-mobil itu gak boleh keluar Batam.

Sebenernya masih banyak dampak dari FTZ yang gue tau yang gue gak jelasin disini, kaya Batam yang jadi surga KW, jadi lebih majemuk, barang seken dari Singapore, banyak orang datang kesana (walaupun Cuma numpang transit), ongkos ke Singapore Cuma 280 ribu(pp) dll. Demikian dari gue, terimakasih..

Refrensi :
Kaskus Reg. Batam
Pengalaman pribadi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar